Senin, 15 September 2014

Saat itu aku sedang menendang-nendang, berdendang dengan ari-ari yang masih melilit-lilit. 17 tahun yang lalu itu aku. Dalam perutnya aku bersahabat dengan ketuban yang mengalir, membawaku keluar dan menangis kegirangan. "Ah bebas." Benakku meghujam suara tangis "Oa-oa."
Saat ini aku sedang menendang-nendang hadirkan dendang, dengan ari-ari yang melilit-lilit dalam satelit. Saat ini, itulah aku. Dalam gersangnya pemikiran dan dahaga kesadaran. kekeringan masa tahu, menghadapkanku pada gang sempit yang menghantam bahu-bahu. "Ah sesal." Benakku menghujam suara bungkam tanpa makna.

Saat itu aku berteriak tanpa sesak. Saat ini aku dalam ketiak yang tersiak.
Tanpa abai dalam pergantian masa, aku berbalik sesekali untuk mengansumsi nutrisi dalam bilik-bilik. Walau kadang tercekik dalam balik, aku berusaha menjadi baik.

Oi mata surya, tunjukan arah yang berkelit dengan asa. satukan mereka dalam satu jasad yang menengadah penuh sarang laba-laba. Sudah bertumbuh ia, berkembang ia, menjadilah ia makna tanpa makna. Masih merana dalam rona.....
Oi pintu dunia, dimanakah gagang pintu yang bersahaja. Beri tahu aku seiring bergaungnya waktu dengan jangkaku. Sudah bertambah ia, berkembang ia, menjadilah ia makna dengan makna tanpa makna. Masih berjaya dalam merana yang rona.

Saat itu aku.....
Saat ini aku?
Inilah masa dimana. Aku? Tidak ada......
By: ~SAZHAH~
15-09-2014 23:30
(Menuju purnama matahari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar