Selamat pagi tanpa mentari, pagi ini aku dihujani air mata
penuh sadar dan bersimpuh diri. Bukan! Bukan karena kekhusyuanku dalam
melaksanakan Sholat Qiyamul lain. Ini sangat konyol, sungguh sangat konyol!
Seusai kajian fiqih yang diberikan umi kepada kami, santri di RTMPQ (Rumah Tahfiz Pecinta al-Qur'an) aku bergegas memasuki kamarku, kamar khusus santri yang tidak full di ma'had karena aktivitas kuliah. Kampus yang dekat dengan Ma'had menambah kenyamananku berada di sini. Karena selain mendapat ilmu aku pun mudah mengakses segala aktivitasku di kampus. Meski peraturan di sini begitu ketat, aku tidak merasa risih. Bahkan aku merasakan banyak perubahan terhadap diriku. Aku yang biasanya bebas pulang jam berapa saja kini dibatasi harus sampai Ma'had sebelum Magrib. Awal-awal aku merasa terkekang, sungguh sangat tersiksa! Dengan aktivitasku di 14 organisasi serta kuliah yang jadwalnya seperti anak sekolah, masuk jam setengah 09.00 dan selesai jam 12.00 siang. Aku yang berkegiatan menjadi seorang pedangang "Cireng Isi" pun kerap ku jalani tiap hari di kampus swasta yang sudah terkenal keislamannya ini.
Seperti biasa, waktu malam adalah waktuku bersama layar 12 inci. Netbook kesayangan yang selalu menemaniku dalam hal tulis menulis dan menimbah ilmu di dunia maya. Sebenarnya tidak selalu ilmu! Bahkan aku lebih banyak mengabiskan kuata internet 30rb sebulanku untuk hal yang sia-sia. Kepoin temen di Facebook, Twiteer, dan hal-hal iseng lainnya. Sebenarnya peraturan Ma'had ini ketat sekali. Jam 19.00 sudah tidak ada santri yang menggunakan HandPhone, semua harus sudah ditaruh di tas sajadah yang bergantung di sisi mushola itu. Tapi sejak awal aku masuk Ma'had, aku tidak pernah menuruti peraturan itu. Dengan berbagai macam dalih aku keluarkan untuk mempertahankan HandPhone disisiku. dan Netbook yang panteng dari mulai pulang kuliah hingga berangkat kuliah. Aku memeng santri paling bengal di sini. Sering membuat lawakan-lawakan yang menyebabkan para santri terbahak.Hampir Sebulan aku di sini dan sudah dua kali umi menegur santri untuk tidak terlalu banyak bercanda. Padahal mereka tidak akan seperti itu kalau bukan aku yang memulainya.
Malam pun sudah lelap dengan gelapnya langit di atas sana. Semua santri sudah mulai mempersiapkan peralatan untuk pindah alam, masuk ke dunia mimpi yang banyak fantastik di dalamnya. Heni yang sudah mengeluarkan kasur lipat pemberian asna ke mushola dan merapihkannya tepat paling depan, dekat tembok arah luar, teh ina yang juga menyusul dan meletakkan kasurnya di pinggiran serta muna yang meletakan kasurnya di tengah-tengah. Mushola itu kecil dan terletak di depan kamar yang sedang aku tempati pagi ini.
Seperti biasa, semua santri sudah berdendang dengan dengkurannya masing-masing. Sedang aku, masih asyik dengan layar 12 inciku. membaca status-status teman sosmed. Hingga tak sadar jam di dinding mushola sudah menunjukan pukul 22.05.Badan ku pun lemas, karena sejak tadi pagi aku disibukan dengan acara Tasmi. Kemarin aku pun lelah sekali, karena habis melakukan daftar ulang lomba baca puisi di PNJ (Politeknik Negeri Jakarta) dan tidak ada bikun hingga akhirnya aku jalan dari st. Pocin sampai PNJ. Kelalahan kemarin dan tadi pagi membuatku ingin merebah. Padahal tadi siang aku tidur full dari jam 13.00 sampai jam 16.00. Aku pun merebah dan iseng membuka HandPhone ku, ku buka opera mini di HandPhone Xperia mini pemberian Fatiyah sahabatku. Aku sedang ingin membaca cerpen tentang muslimah.Ku search lah di google dan aku dipertemukan dengan Website www.akhwatmuslimah.com. Awalnya biasa saja, aku hanya berharap aku terlelap dengan membaca cerita-cerita yang ada di dalamnya.
Diawali dengan membaca cerita berjudul "Kisah Cinta dari Masjid Kampus". Cerita pembuka yang berhasil membuat aku tak tertarik memejamkan mata. Aku pikir ini hanya cerita seorang Akhwat yang menceritakan kisah Ta'arufnya dengan ikhwan yang sudah bosan aku baca. Tapi ternyata tidak! Jauh dari apa yang aku bayangkan! Kisah ini bercerita tentang seorang Ikhwan yang mengatur Rohis Kampusnya dengan benar dan perjuangan yang menamparku secara halus. Dengan Ending yang membuatku terkikis semakin membuatku penasaran dengan cerita-cerita lainnya. Ku baca lagi cerita yang berjudul "Dari Mata Turun Ke Hati". Cerita yang satu ini memang pasaran, tapi juga lumayan menggugah aku membuka cerita yang selanjutanya. Ada certita "Ketika Mas Gagah Pergi". Entah ini memang asli satu buku asli atau banyak pemotongan di dalamnya. Karena untuk membaca yang aslinya aku masih belum kesampaian. aku menikmati jalan ceritanya. Lagi-lagi ending membuat aku sedikit terisak. Dan inilah kisah terakhir yang benar-benar membanjiri pipiku dengan air yang berasal dari kedua mataku. cerita ini berjudul "Aku terpaksa Menukahinya (Kisah Inspirasi Para Istri dan Suami)". Bodohnya adalah aku tidak memperdulikan judul yang diberikan tanda tutup-buka dalam kurung itu. kisahnya mebuat aku terisak liar. Sungguh mengharukan. Kisah ini membuat aku sadar bahwa sesuatu yang terpaksa tidaklah bisa sebegitunya sadar dan menjadi biasa. Dalam cerita ini saja si Istri harus kehilangan Suaminya baru ia sadar bahwa selama ini dia bukan apa-apa tanpa suaminya. Dia baru bisa merasakan jatuh cinta ketika suaminya meninggal dunia. Begitu pun dengan aku! Aku tak bisa melakukan hal dengan terpaksa dengan keadaan hati yang tak bisa menerima serta jiwa yang enggan menerimanya pula. Aku terisak dengan penuh gelimangan air mata serta sesak di dada bukan karena kisah yang so sweet. Tapi karena kesadaran ku bahwa Dakwah yang aku lakukan belumlah cukup. Aku masih lemah karena terus disuapi oleh organisasi yang ku jajaki. Beda halnya dengan Bram dalam cerita "Kisah Cinta dari Mesjid Kampus" yang benar-benar harus memutar otak dan menguras keringat dalam memperjuangkan islam. Aku masih ecek-ecek tapi komentarku terhadap kesalahan begitu banyak serta kerja yang masih saja ingin disuapi! "Payah aku ini!". Di tambah lagi penyedaranku dari cerita yang akhir tadi, kisah tentang suami istri. Yang menyadarkan kekhilafanku dalam melangkah. Karena sering kali aku melakukan semua hal dengan terpaksa dan membiarkannya baik dengan sendirinya. Dengan kisah ini aku berkaca dan tidak ingin Ending yang sama terjadi. Aku tidak ingin melukai seseorang atau aku sendiri dalam keputusan yang aku buat. Aku akan belajar untuk mengambil keputusan dengan keikhlasan seluruh raga, bukan terpaksa.
Huahhhhhh.... Malam ini aku benar-benar tidak bisa memejamkan mata. Sayang sekali rasanya kalau sudah di sadarkan sesuatu aku tidak melaksanakan Sholat dan bersimpuh dihadapnya.
Selamat pagi tanpa mentari dan Selamat Malam yang sudah habis waktunya. Terimakasih sudah mau membaca kisahku yang entah jelas atau tidaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar