Minggu, 27 Juli 2014

Suara buah hati


LAGI…..

Aku hanya ingin diberikan jeda yang sedikit lama, untuk tidak mendengarkan problema atau masalah yang ada. Aku ingin bahagia dengan waktu yang sedikit lama. Karena sudah cukup lama pula aku rasakan derita dari kalian berdua. Salah siapa? Memperlihatkan perlakuan kasar di depan mata sejak awal pengembangan karakter jiwa? Hingga aku pun menjadi keras dan kasar bahkan sangar tak terbinasakan! Kalian menuntut aku begini dan begitu, bisakah aku pinta kalian diam dan damai di depan mata? Berikan sedikit bantuan untuk aku bernafas lega, memperbaiki kerusakan jiwa yang ada duhai kedua orang tua…..
Aku muak dengan semua yang ada. Muak dengan omongan hutang yang menjadi akibat dari sekian banyak pertengkaran, muak dengan omongan kurang perhatian dan haus kasih sayang sedang aku pun merasakan hal yang sama, muak dengan keluhan hidup yang tak kunjung terlerai indah. Aku muak sungguh sangat muak! Sudah sering ku dapat dan rasakan sedari kecil hingga kini. Aku sudah bosan, aku inginkan perubahan, kebahagiaan, keharmonisan, dan kedewasaan!

Jangan menangis di depanku, bertengkar di depanku, marah di depanku, keras di depanku. Apapun itu jangan lakukan di depanku! (Lagi).  Bantu aku memperbaiki jiwa yang telah rusak syarafnya, terganggu kelurusannya, dan sedikit parah kemelencengannya. Jika tak bisa berdua maka seorang sajalah, mengalahlah untuk aku dan masa depanku. Jangan biarkan kegagalan mendidikmu menjadikan aku sengsara! Bantu aku ku mohon bantulah aku, berikan sedikit ruang untuk aku, berikan. Ku harap kalian mengerti atau aku jauh dari arti baik (Lagi). 

Cahaya yang terang benderang sudah ada di depanku, biarkan aku tenang melangkah. Mentapkan langkah demi langkah kepadanya. Sudah 16 tahun aku hidup dalam gelapnya kehidupan, mengambil jalan frustasi yang salah. Jangan bertanya “Mengapa kau tega bersandar pada mereka yang jauh dari agama nak?” Karena jawabannya pasti sudah kalian temukan dari setiap tingkah dan laku yang kerap kali dipertontonkan dihadapku. Sejak dalam kandungan pun aku diajari bagaimana bersabar dalam desakan kemiskinan dan kekerasan bukan? Bahkan saat aku lahir pun ekonomi menjadi kendala kesedihan yang tak henti-hentinya mengitari hidup kita ini.

Jalan keluar yang seperti apa yang harus dipilih untuk hidup yang rumitnya seperti ini? setiap rumah tangga pasti mempunyai kerumitannya masing-masing dan pasti memiliki jalan keluarnya tersendiri. Dan jalan apa yang baik untuk rumah tangga yang seperti ini rupanya? Berikan aku pencerahan untuk melerai problema yang tak urung selesai ini. Kalau memang perceraian harus hinggap dalam keputusan ini, maka lakukanlah. Aku sudah siap siaga dengan keputusan dan segala kondisi yang terjadi nantinya. Aku pun sudah bukan anak kecil yang merengek “Jangan” kepada bunda atau “Ayolah” kepada ayah. Kalian sudah semakin tua dan mengerti betul makna cinta yang sebenarnya, baik menurut dunia bahkan agama.

Maka atas nama cinta, meredalah…..