LAGI…..
Aku hanya ingin diberikan jeda yang sedikit lama, untuk
tidak mendengarkan problema atau masalah yang ada. Aku ingin bahagia dengan
waktu yang sedikit lama. Karena sudah cukup lama pula aku rasakan derita dari
kalian berdua. Salah siapa? Memperlihatkan perlakuan kasar di depan mata sejak
awal pengembangan karakter jiwa? Hingga aku pun menjadi keras dan kasar bahkan
sangar tak terbinasakan! Kalian menuntut aku begini dan begitu, bisakah aku
pinta kalian diam dan damai di depan mata? Berikan sedikit bantuan untuk aku
bernafas lega, memperbaiki kerusakan jiwa yang ada duhai kedua orang tua…..
Aku muak dengan semua yang ada. Muak dengan omongan hutang yang
menjadi akibat dari sekian banyak pertengkaran, muak dengan omongan kurang
perhatian dan haus kasih sayang sedang aku pun merasakan hal yang sama, muak
dengan keluhan hidup yang tak kunjung terlerai indah. Aku muak sungguh sangat
muak! Sudah sering ku dapat dan rasakan sedari kecil hingga kini. Aku sudah
bosan, aku inginkan perubahan, kebahagiaan, keharmonisan, dan kedewasaan!
Jangan menangis di depanku, bertengkar di depanku, marah di
depanku, keras di depanku. Apapun itu jangan lakukan di depanku! (Lagi). Bantu aku memperbaiki jiwa yang telah rusak
syarafnya, terganggu kelurusannya, dan sedikit parah kemelencengannya. Jika tak
bisa berdua maka seorang sajalah, mengalahlah untuk aku dan masa depanku.
Jangan biarkan kegagalan mendidikmu menjadikan aku sengsara! Bantu aku ku mohon
bantulah aku, berikan sedikit ruang untuk aku, berikan. Ku harap kalian
mengerti atau aku jauh dari arti baik (Lagi).
Cahaya yang terang benderang sudah ada di depanku, biarkan
aku tenang melangkah. Mentapkan langkah demi langkah kepadanya. Sudah 16 tahun
aku hidup dalam gelapnya kehidupan, mengambil jalan frustasi yang salah. Jangan
bertanya “Mengapa kau tega bersandar pada mereka yang jauh dari agama nak?”
Karena jawabannya pasti sudah kalian temukan dari setiap tingkah dan laku yang
kerap kali dipertontonkan dihadapku. Sejak dalam kandungan pun aku diajari
bagaimana bersabar dalam desakan kemiskinan dan kekerasan bukan? Bahkan saat
aku lahir pun ekonomi menjadi kendala kesedihan yang tak henti-hentinya
mengitari hidup kita ini.
Jalan keluar yang seperti apa yang harus dipilih untuk hidup
yang rumitnya seperti ini? setiap rumah tangga pasti mempunyai kerumitannya
masing-masing dan pasti memiliki jalan keluarnya tersendiri. Dan jalan apa yang
baik untuk rumah tangga yang seperti ini rupanya? Berikan aku pencerahan untuk
melerai problema yang tak urung selesai ini. Kalau memang perceraian harus
hinggap dalam keputusan ini, maka lakukanlah. Aku sudah siap siaga dengan
keputusan dan segala kondisi yang terjadi nantinya. Aku pun sudah bukan anak
kecil yang merengek “Jangan” kepada bunda atau “Ayolah” kepada ayah. Kalian
sudah semakin tua dan mengerti betul makna cinta yang sebenarnya, baik menurut
dunia bahkan agama.
Maka atas nama cinta, meredalah…..