Sabtu, 26 April 2014
Cermin pagi hari.....
"PAYAH!!!"
Kata yang pantas untuk ku lontarkan kepada diriku sendiri. Diri yang tak pernah jelas tujuan hidupnya, tidak mampu berkembang pada zaman yang hadir, dan tidak bisa mengatur detik demi detik waktu dengan benar. Hingga banyak terbuang tanpa bekas keindahan. Sering kali keputusan yang diputuskan tidak memberikan pembenaran dalam tujuan hidup akhir-akhir ini. Diri yang sering terombang ambing dengan keadaan ini terus mengalir tanpa tujuan. hidup sering tak beraturan arah dan tujuannya.
Pagi yang cerah ini telah membangunkan kesadaranku. sendiri dikamar santri AAM . Meski sering kali anak umi merecoki muhasabbahku pagi ini. Tinggal di Rumah Tahfidz tak membuatku lunak dan semangat. semua terasa sama saja, sama-sama hambar. Begitulah keputusan yang tak mengubah kondisi hati yang tidak bisa dimengerti. Aku berharap banyak perubahan pada diriku disini, sejak awal memutuskan tinggal disini. Semua membantu sebenarnya, lantunan ayat-ayat Al-Qur'an sering diperdengarkan dan kehidupan yang sangat mendukung pada perubahan berlalu disini. Tapi hatiku tak bereaksi apa-apa. "Ah payah, aku bukan mu'min seperti yang dijelaskan dalam surat Al-Anfal ayat 2." Hafalanku pun biasa saja, tidak menunjukan kegigihan seorang gadis yang ingin menjadi Hafizhah dalam waktu 2 tahun. kegiatan 2 minggu sekali untuk bekumpul dengan rekan-rekan FLP di Jakarta pun membuahkan hasil nihil pada tulisan-tulisanku. aku tak bersemangat dalam menulis. tidak mencerminkan seorang gadis yang begitu sangat inginn menjadi Sastrawan serta menerbitkan buku ditahun ini. kamar yang acak-acakan, semakin malas aku membereskannya. cucian yang bertumpuk tak terhiraukan, aaahhh aku lelah menatap kamar yang serupa dengan hidupku akhir-akhir ini. Semua itu sama sekali tidak menunjukan kesungguhan gadis 17 tahun yang harusnya bersemangat dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan cita-citanya.
Kaca yang mengarah padaku, bergantung damai disudut kamar itu menarik perhatianku untuk mendekatinya. Kini aku sudah dihadapannya. Terlihat jelas wajah absurdku disana. Ku pandangi wajahku yang semakin tak jelas rautnya. mata yang tak indah lagi, mungkin karena sering melihat sesuatu yang tak sepantasnya dilihat oleh mata yang suci ini. bibir yang terlihat biasa saja. Tapi sungguh tak biasa ketika sedang membicakan orang lain. Dia pasti sudah membusuk dineraka. Hidup yang semeraut ini membuat aku berkaca dengan kaca yang ada. kaca tanpa dusta, tak nampak seperti kamera 360. aku semakin larut dalam wajahku sendiri.
"Sudah berapa lama aku tidak sholat malam, sholat dhua, puasa sunnah, dan amalan lain yang dulu dikerjakan dengan sepenuh hati?" seketika hati nurani berbisik lirih kedalam dada ketika larut dalam pandangan mataku dikaca. "sudah lama sekali rasanya, semenjak aku kecewa dengan organisasi yang mengakibatkan IPK pertamaku rendah. tepat 3 bulan yang lalu". Saut akal yang berbisik keras kedalam hati. Aku sedang berdialog dengan wajahku sendiri tanpa gerak bibir yang biasanya penuh dusta. Mata ini memandang seraya merasakan dialog dalam diri. Aku beradu pandang dengan mataku.
"Kenapa aku harus jadi lunglai karena kekecewaan?" mataku yang sayu menjadi lebar berbinar tegas, dengan pernyataan akal kepada hati yang bergeming itu. Kemudian mereka saling bersautan dan meyakini diri ini. "BEBENAH, segeralah bebenah untuk hidupmu kedepan." wajahku yang berada didepanku menunjukan raut seruan.
"Malam ini, akan ku lakukan kembali sholat malam, berserah kepadaNya dan memohon ampun atas keacuhanku selama ini." Kamipun sama-sama menarik bibir menjadi manis untuk dilihat. Aku bangkit dan bergegas ke kamar mandi, membasuh tubuh dengan air wudhu yang nikmat. sholat dhua, oh sudah lama sekali aku tidak memohon pertolongan di pagi hari. Pantas saja jika sering mengeluh miskin. Akulah yang sengaja membiarkan diriku miskin dalam hidupNya. Dan, jawaban dari pertanyaan "Uang yang tak pernah nyata ada dan tiadanya adalah ini!". Setiap hari aku berjualan ini dan itu di kampus, tapi hasil nyatanya nol. Ini adalah ganjaran keacuhanku padaNya. Biar jadi pelajaran!
Aku tersadarkan dengan cerminan wajah ku sendiri. Hidup yang tak beraturan itu, bisa jadi karena keacuhanku terhadap Allah akhir-akhir ini. Kenapa kekecewaan yang ada malah membuahkan rasa acuh ku kepada Allah. Dia masih menghidupkan aku dengan nafas yang terus berhembus, sekencang jantung yang berdetak, seliar darah yang mengalir. dalam tubuhku. Aku begitu sangat beruntung. Pagi ini aku benar-benar bermesraan dengan Allah diatas sajadah hijau yang sudah lusuh itu. Aku benar-benar merindukan momen ini. Momen dimana aku merasa tenang dihadapanNya.
Usai aku ber-Dhuha kepadaNya, aku kembali bercermin dan menatap wajahku yang mulai tertata rapih. Lebih enak dilihat. Kamar yang acak-acakan itu sedikit demi sedikit ku rapihkan. Sama seperti akan kurapihkan hidupku dari sekarang. 14 organisasi yang sedang ku geluti akan berjalan rapih kembali, kuliah yang ku tekuni akan berjalan lebih serius lagi, tulisan yang ku ciptakan akan semakin membuat aku yakin. akulah penulis seperti yang aku inginkan dulu, bisnis yang ku jalani akan semakin meningkat lagi omset penjualannya. hidupku akan terarah kembali, mulai hari ini. Bersama kaca yang tergantung damai di sudut tembok kamar ini aku melangkah kembali.
Terimakasih Allah, Pagimu telah menerangi sadar dalam khilafku.....
Kamis, 03 April 2014
sedikit persembahan untuk mereka sang pencerah :)
ku temukan garuda keadilan dalam
desakan jahiliyah
(untuk GEKABE)
sejenak ku tarik nafas yang hembusnya teresak-esak ini
melihat kenyataan dunia yang sangat mengerikan
membuat mata ini buta memandangnya
tauran,perkosaan,narkoba, gaya hidup yang hambur sudah jadi lahapan pemuda
sudah jadi sajian pokok berita
mungkin, akan jadi budaya pemuda seterusnya
aaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhh aku cengah dengan semua!
aku hidup pada masanya, ingin merubahnya! tapi ah, aku lemah tak berdaya!
aku terbujur kaku merasakan gejolak histerisnya
terpuruk negeri ini, terpuruk hati ini, terpuruk jiwa ini!
setitik cahaya kutemukan di sisi keburaman ini
ku dekati dan terus ku dekati dengan langkah yang terpatri
oh.... pada cahaya itu ku temukan jiwa-jiwa tentram,
para aktivis dakwah yang sumuringah dalam tarbiyah
dan ternyata, harapan itu masih ada
harapan itu akan terkuak pada komunitas "garuda keadilan"
kumpulan pemuda tarbiyah harapan bangsa
bermula dari pemuda-pemuda inilah
semangat penuh cinta dalam kerja
hingga tumbuh harmoni pemuda membangun bangsa
oh bangganya ku temukan garuda keadilan dalam desakan jahiliyah
oh, aku bahagia di dalamnya, menjunjung tinggi keislaman
hilang rasa pesimis arungi terjangan langkah!
kini, aku berdiri tegak dengan penopang yang kekar
berilmu,berakal,berhati,dan berjiwa jihad fisabilillah!
melihat kenyataan dunia yang sangat mengerikan
membuat mata ini buta memandangnya
tauran,perkosaan,narkoba, gaya hidup yang hambur sudah jadi lahapan pemuda
sudah jadi sajian pokok berita
mungkin, akan jadi budaya pemuda seterusnya
aaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhh aku cengah dengan semua!
aku hidup pada masanya, ingin merubahnya! tapi ah, aku lemah tak berdaya!
aku terbujur kaku merasakan gejolak histerisnya
terpuruk negeri ini, terpuruk hati ini, terpuruk jiwa ini!
setitik cahaya kutemukan di sisi keburaman ini
ku dekati dan terus ku dekati dengan langkah yang terpatri
oh.... pada cahaya itu ku temukan jiwa-jiwa tentram,
para aktivis dakwah yang sumuringah dalam tarbiyah
dan ternyata, harapan itu masih ada
harapan itu akan terkuak pada komunitas "garuda keadilan"
kumpulan pemuda tarbiyah harapan bangsa
bermula dari pemuda-pemuda inilah
semangat penuh cinta dalam kerja
hingga tumbuh harmoni pemuda membangun bangsa
oh bangganya ku temukan garuda keadilan dalam desakan jahiliyah
oh, aku bahagia di dalamnya, menjunjung tinggi keislaman
hilang rasa pesimis arungi terjangan langkah!
kini, aku berdiri tegak dengan penopang yang kekar
berilmu,berakal,berhati,dan berjiwa jihad fisabilillah!
ini jawaban Allah atas segala kerisauan hati
garuda di dadaku keadilan dihatiku
garuda di dadaku keadilan dihatiku
Langganan:
Postingan (Atom)